Duhai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku atas agama-Mu... tetapkan hatiku untuk taat kepada-Mu...tetapkan hatiku atas imanku kepada-Mu... Wahai Tuhan kami, jangan gelincirkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk kepada kami dan berilah kami dari sisi-Mu rahmat. Sesungguhnya Engkaulahyang maha bijaksana.

Bara Perang Badar

Korban Pertama Awal Mula Perang (Saling Hadap-Berhadapan)


Yang pertama kali menyulut bara peperangan (perang Badar) adalah Al-Aswad bin Abdul-Asad Al-Makhzumi, seorang laki-laki yang perangalnya kasar dan buruk akhlaknya. Dia keluar dari barisan pasukan Quraisy seraya berkata, “Aku bersumpah kepada Allah, aku benar-benar akan mengambil air minum dari kolam kalian, atau aku akan menghancurkannya atau lebih baik aku mati karenanya.” `


Kedatangannya langsung disambut Hamzah bin Abdul-Muththalib Radhzyallahu Anhu. Setelah saling berhadapan, Hamzah langsung menyambarnya dengan pedang sehingga -kakinya putus dibagian betis dan darahnya muncrat mengenai rekan- rekannya. Setelah itu Al-Aswad merangkak ke kolam hingga tercebur di dalamnya. Tetapi secepat kilat Hamzah menyabetnya sekali lagi tatkala dia berada di dalam kolam.

lnilah korban pertama yang kemudian menyulut api peperangan. Setelah itu muncul tiga penunggang kuda Quraisy yang handal, yang berasal dari satu keluarga, yailu Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, dan Al-Walid bin Utbah.

Tatkala mereka benar-benar sudah keluar dari barisan, maka mereka meminta untuk adu tanding. Maka muncul tiga pemuda Anshar, yaitu Auf bin Al-Harits, Mu’awwidz bin Al-Harits, ibu mereka berdua adalah Afra’, dan Abdullah bin Rawahah.

“Siapakah kalian ini?” tanya tiga orang musyrik.

“Kami orang-orang dan Anshar,”jawab tiga orang Muslim.

“Aku menginginkan orang-orang terpandang. Kami tidak membutuhkan kalian.
Kami hanya menginginkanikerabat pamanku.”

Lalu ada di antara orang-orang musyrik itu yang berseru dengan suara lantang, ”Hai Muhammad, keluarkan orang-orang yang terpandang yang berasal dari kaum kalian.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Bangunlah wahai Ubaidah bin Al-Harits, engkau Hamzah dan engkau Ali !”

Tatkala tiga orang Muslim ini berdiri dan menghampiri tiga orang musyrik itu, mereka bertanya, ”Siapa kalian ini?”

Setelah pertanyaan ini dijawab, mereka pun berkata, “Memang kalian orang-orang terpandang.”

Ubaidah yang paling tua di antara mereka, berhadapan dengan Utbah bin Rabi’ah, Hamzah berhadapan dengan Syaibah bin Rabi’ah dan Ali befhadapan dengan Al-Walid.' 

Hamzah dan Ali tidak terlalu kesulitan melibas lawan tandingnya. Lain halnya dengan Ubaidah dan lawan tandingnya. Masing-masing saling melancarkan serangan hingga dua kali, dan masing-masing melukai lawannya. Kemudian Hamzah dan Ali menghampiri Utbah lalu membunuhnya. Setelah itu mereka berdua memapah tubuh Ubaidah yang sudah lemah, karena kakinya tertebas hingga putus. Dia sama sekali tidak mengeluh hingga meninggal dunia di Ash-Shafra’, empat atau lima hari setelah Perang Badr, di tengah perjalanan pulang ke Madinah.

Pada saat itu Ali bersumpah kepada Allah, hingga karenanya turun ayat tentang kiprahnya:

 “Inilah dua golongan (golongan Mukmin dan golongan kafir) yang ~ bartengkar; mereka saling berlengkar karena Rabb mereka. ” (Al-Hajj: 19)

Begitulah yang dikatakan lbnu lshaq. Namun dalam riwayat Ahmad dan Abu Daud disebutkan bahwa Ubaidah Uerhadapan dengan Al-Walid, Ali berhadapan dengan Shaibah dan Hamzah berhadapan dengan Utbah. Lihat Misykalul-Mashabih, 2/343.

Kesudahan adu landing ini merupakan awal yang buruk bagi orang-orang musyrik, karena mereka kehilangan tiga orang penunggang kuda yang diandalkan dan sekaligus komandan pasukan mereka, hanya dalam sekali gebrakan saja.

Kemarahan mereka menggelagak, lalu mereka menyerang pasukan Muslimin secara serentak dan membabi buta.

Setelah memohon kemenangan dan pertolongan kepada Allah, memurnikan niat dan tunduk kepada-Nya, maka orang-orang Muslim menghadang serangan orang-orang musyrik yang dilancarakan secara bergelombang dan terus-menerus.

Mereka tetap berdiri di tempat semula dengan sikap defensif. Namun cara ini cukup ampuh untuk menjatuhkan korban di kalangan orang-orang musyrik. Tak henti-hentinya mereka berseru, Ahad ... Ahad. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar